BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »
Tampilkan postingan dengan label ceritamini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ceritamini. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 November 2012

Lomba #CloseToYou_Ko Juno


Ko Juno
Mungkin ini terdengar cukup gila, tapi ini kisah nyata yang ku alami dan mungkin juga hampir dialami setiap orang yang mengenal social media.
Aku mengenalnya kira-kira 4 hingga 5 tahun yang lalu, ketika aku masih SMP, dan namanya adalah Junio Vandhika. Ko Juno—begitu aku memanggilnya—lebih tua sekitar 2 tahun dariku, dan tentu saja, ia cowok. Kami tak sengaja berkenalan lewat facebook, setelah sebelumnya aku mengenalnya dari temanku yang juga berteman dengannya lewat facebook.
Orangnya asyik, lucu, ramah, dan menyenangkan, meskipun kami belum pernah bertemu langsung. Kami sering bercerita di facebook, tentang apapun itu. Entah itu tentang kegiatan kami di sekolah, gosip yang sedang happening, atau bahkan hobi dan kesukaan kami masing-masing. Satu hal yang tak pernah ku lupa dari sosok seorang Ko Juno adalah kelihaiannnya dalam bermain piano. Ko Juno sangat suka sekali bermain piano, bahkan ia sering bercerita tentang hobinya itu. Jujur, aku pun penikmat musik, dan tentu saja, jika aku dihadapkan pada sosok seorang cowok yang lihai bermain piano, aku pasti akan tergila-gila padanya. Begitu pula yang terjadi pada diriku saat itu.
Tanpa ku sadari, aku sudah larut dalam pesonanya. Rasanya, ia selalu hadir dalam benakku dan ikut memainkan piano di sana. Aku tahu, rasa ini memang tak boleh ada, karena rasa ini rasa terlarang. Ada begitu banyak perbedaan yang membuat kami tak dapat mengutarakan rasa ini, hingga aku pun memutuskan untuk tetap berteman seperti biasa dengannya.
Ko Juno, cowok keturunan Tionghoa yang hobi bermain piano yang berhasil membuatku tergila-gila. Keramahannya, kejenakaannya, kepintarannya, semuanya aku suka. Baru pertama kali itulah aku merasa cukup dekat dengan seseorang, apalagi cowok, di dunia maya. Entah magic apa yang ia keluarkan hingga aku begitu terpaut padanya. Hampir setiap hari aku berkomunikasi dengannya di facebook, bahkan kerap kali aku ingin sekali bertemu dengannya, berjumpa dengannya dan mengobrolkan banyak hal. Namun aku tahu, itu hanya angan belaka-ku saja.
Tak terasa, pertemanan kami sudah berjalan beberapa bulan, dan aku hampir tak pernah melewatkan sedikit pun waktu yang ku punya untuk sekedar berbincang dengannya. Aku pun sempat mengukir harap yang tinggi, bahwa kelak persahabatan ini akan tetap dapat terjalin, hingga kami dewasa nanti, hingga kami benar-benar dapat bertemu secara langsung nanti, begitu pikirku.
Namun ternyata, Ko Juno sudah memiliki keputusan lain. Suatu ketika, aku iseng membuka facebook dan langsung saja asyik berkomentar ria dengan Ko Juno. Tiba-tiba saja ia mengetik, “Sepertinya ini terakhir kalinya aku bisa bercerita di sini. Aku akan vakum dulu untuk sementara.”
Aku shock. Aku sempat terdiam beberapa menit sebelum mengetik, “Koko akan vakum? Kenapa, Ko?”
Lama ia tak menyahut. Aku pun mengetik lagi, “Apa koko mau fokus sekolah dan main piano?”
Balasannya pun muncul tak lama kemudian. “Ada alasan lain yang tak bisa ku katakan di sini. Maaf ya... aku benar-benar harus vakum dulu.. L
Aku terdiam. Beraat sekali rasanya harus kehilangan seorang teman yang sudah begitu berarti untukku, yang selalu jadi temanku bercerita dan berceloteh di facebook selama ini. Ko Juno, orang yang sudah cukup banyak menginspirasiku dan menjadi teman dunia maya-ku yang amat ku sayangi dan ku hormati.
Ternyata, beginilah akhir kisah persahabatan kami. Segalanya berakhir saat Ko Juno benar-benar vakum dan men-deactivate akun facebook-nya. Aku pun hanya bisa duduk terdiam di atas kursi, menatap kosong layar komputer rumah. Menanti sosok Ko Juno untuk kembali lagi, menemani dan mengisi hari-hariku lagi dengan celotehannya.

Kamis, 18 Oktober 2012

Journal 75 : Perfect


Perfect
Oleh : Tiara Putri Ramadhani

Pertemuan kita baru sehari, tapi kau sudah menemaniku selama 3 bulan. Sikapmu yang kadang menggalaukan hati, tapi juga kerap membingungkan.
Hari ini ultahku, tapi sepertinya kamu lupa. Ku colek bahumu, “Hei, ingat ini hari apa?”
Dan kau menyahut, “Ya, ini hari Jumat.”, sambil tetap matamu tertuju pada TV. Aku beralih, pada setumpukan buku-buku, menghilangkan amarah yang kerap timbul.
Lalu bel berdering. Kau pun bangkit lebih dulu dan langsung melesat. Aku curiga, dan ku ikuti kau dari belakang. Sebuket mawar merah menyapa wajahku, diiringi senyum di wajahmu yang berkata, “Selamat ulang tahun, Sayang.”
Saat itulah, aku tahu kau yang sempurna untukku.

Rabu, 17 Oktober 2012

Journal 74 : 1 Hari, 2 Hati


1 hari, 2 hati
oleh : Tiara Putri Ramadhani

Pantai. Aku suka pantai, karena itu mengingatkanku akan dirimu, Ibu. Hari itu, di sini.
“Bu, kalau nanti aku nikah, Ibu harus datang, ya!”
Ibu hanya tersenyum. “Iya, sayang.”
“Pokoknya Ibu harus duduk mendampingiku di pelaminan, bersama Ayah!”
Ibu membelai pelan rambutku. “Iya, sayang.”
“Ibu janji, ya!” aku menatap wajah Ibu, lalu seketika terdiam.
“Ibu... janjinya masih lama lho.. kenapa Ibu sudah pergi?”
Ibu hanya diam, tanpa komentar. Aku pun tergugu, juga dalam diam.
Satu hari di mana aku menyadari, hatiku dan hatimu ‘kan selalu terpaut, Ibu. Meski kita terpisah jauh. Selamanya ‘kan selalu dekat, karena hati kita itu, satu, Bu.